Jalan-jalan

Bekerja dan Berwisata di Negeri Hasanuddin

Awal Januari kemarin aku diberikan tugas dari kantor untuk workshop di kota kelahiran Sultan Hasanuddin yaitu kota Makassar atau dikenal juga dengan Ujungpandang.  Karena tujuan utamanya adalah bekerja sehingga tidak sempat jalan-jalan keliling Makassar dengan puas. Beruntungnya hotel tempatku menginap berada di dekat Pantai Losari jadi bisa melihat pantai setiap hari. Pada saat aku berada di sana sedang musim hujan,  setiap hari hujan turun dengan derasnya disertai angin kencang dari laut sehingga udara terasa dingin sekali. Aku tidak tahu sebenarnya udara Makassar itu sepanas apa ya, apakah mendekati Jakarta  🙂 ?

Hari terakhir workshop alhamdulillah udara cerah, dan ini tidak dilewatkan oleh team workshop untuk singgah pada saat perjalanan menuju kantor  di Pantai Losari untuk berfoto. Pantai Losari ini sudah direklamasi sehingga kita tidak bisa bermain-main dengan pasir putih pantai.  Pantai ini ramai dikunjungi pada sore hari dan di saat cuaca cerah.

Pantai Losari
Pemandangan Kota Makasar dari atas Kanwil
Pemandangan dari Lantai 2 hotel di saat hujan deras

Selagi di Makassar aku tidak melewatkan kesempatan untuk wisata kuliner. Aku sempat mencicipi pisang epe yang banyak dijual di pinggir jalan sekitar Pantai Losari. Pisang epe biasanya dijual pada malam hari ini. Pisang epe adalah makanan khas Makassar yang terbuat dari pisang kepok setengah matang yang dibakar kemudian digeprek, dan dilumuri saus gula merah. Pisang epe memiliki 4 pilihan rasa yaitu coklat keju, keju, durian, dan original. Rasa yang paling aku suka adalah coklat keju karena rasanya yang tidak terlalu manis. Penganan khas Makassar lainnya yaitu Jalang Kotek. Jalang Kotek ini mirip dengan pastel  bahkan mungkin sama, aku belum bisa membedakan. Hanya saja Jalang Kotek dimakan dengan sambal khas Makassar yang biasanya dimakan dengan otak-otak. Makassar memang terkenal juga dengan otak-otaknya. Otak-otak ikan tenggiri nya memang dicari-cari wisatawan di kota Makassar, terutama untuk dijadikan oleh-oleh karena rasanya yang mantap dan sangat terasa ikannya.

Jalang Kotek

Makanan laut alias seafood di sini masih segar-segar karena kota Makassar sangat dekat dengan laut. Setiap hari makanan yang disuguhkan di kantor pada saat workshop tidak jauh-jauh dari seafood, mulai dari sop seafood, udang goreng, dan tidak pernah ketinggalan ikan kakap berukuran besar yang katanya dimasak rica-rica.

Hari terakhir team workshop diajak makan siang di sebuah restoran khas Makassar yang bernama Ulu Juku.  Restoran ini menjual kepala ikan Kakap merah, Kakap Putih, dan Gurame. Hanya kepala ikan tanpa badannya, karena begitulah khasnya. Aku memesan Pallumara Kakap Merah, rasanya seperti sop tapi berwarna kuning dengan rasa sedikit asam dan pedas. Kuahnya enak, berhubung aku tidak suka kepala ikan jadinya tidak terlalu menikmati. Selain dimasak Pallumara ada juga yang digoreng dan digulai, aku juga sempat mencoba yang goreng dan rasanya lebih enak karena ikannya lebih matang dan gurih.

Malam harinya team workshop kembali diajak makan malam khas Makassar, kali ini kita mengunjungi restoran Dinar. Restoran ini menjual berbagai macam seafood. Malam itu kita memesan beberapa macam ikan bakar seperti bawal dan baronang dan ditemani sayur kangkung serta tumis toge. Restoran ini padat pengunjung mungkin karena saat itu adalah malam Sabtu.

Sebelum pulang ke Jakarta tidak lupa untuk berburu oleh-oleh khas Makassar seperti sutra bugis, minyak tawon, sirup markisa, otak-otak dan lain-lain. Di jalan Somba Opu tidak jauh dari pantai Losari, terdapat banyak toko souvenir khas Makasar dengan harga yang bervariasi.

Setelah seminggu akhirnya kembali lagi ke Jakarta.  Jakarta –Makassar ditempuh sekitar 2 jam dengan pesawat udara  dan terdapat perbedaan waktu 1 jam antara Jakarta dengan Makassar  (pengumuman ala pramugari 🙂 )